Sunday, 27 March 2016

psikologi pendidikan

I. Latar belakang Dalam perkembangan zaman sampai saat ini psikologi semakin dikenal masyarakat sebagai upaya mencari solusi bagi aneka ragam permasalahan yang dihadapi manusia menjadi pilihan yang bijak. Psikologi adalah proses mental dan perilaku atau studi mengenai fenomena persepsi, kognisi, emosi, kepribadian, perilaku, dan hubungan interpersonal. Dalam artian luas psikologi mengandung pengertian usaha untuk memahami peran individu dan perilaku sosial, pengembangan manusia, olahraga, kesehatan, industri, media, dan hukum. Perkembangan soft skill juga mempengaruhi seseorang dalam berkehidupan dimasyarakat pada umumnya untuk bisa menyesuaikan dengan keadaan lingkupan agar bisa memilih mana yang baik dan mana yang kurang baik tanpa menyakiti pihak manapun, agar dalam masyarakat tidak terjadi kekerasan, hidup dengan harmonis. II. Rumusan masalah 1. Pengertian soft skill 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan siswa   III. Pembahasan 1. Pengertian soft skill Soft skill adalah suatu kemampuan yang bersifat afektif yang dimiliki seseorang, selain kemampuannya atas penguasaan teknis formal intelektual suatu bidang ilmu, yang memudahkan seseorang untuk dapat diterima dilingkungan hidupnya dan lingkungan kerjanya, soft skill berpengaruh kuat terhadap kesuksesan seseorang dan memperkuat pembentukan pribadi yang seimbang dari segi hard skill. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak bersifat kognitif, tetapi lebih bersifat afektif yang memudahkan seseorang untuk mengerti kondisi psikologis diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran, dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan norma masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa soft skill merupakan kemampuan afektif yang memudahkan seseorang untuk lebih dapat dengan mudah beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Swiderski (dalam soelistiowati, 2008) menjelaskan bahwa soft skill terdiri atas 3 faktor utama, yaitu: a. Kemampuan psikologis, yakni kemampuan yang dapat membuat seseorang bertindak atas pertimbangan pemikiran sehingga tercipta perilaku yang sesuai dengan apa yang ada dipikirannya, termasuk kemampuan kontrol diri dan konsep diri. Kemampuan psikologi lebih pada apa yang ada didalam diri manusia, yang dapat membantu orang tersebut untuk mengerti diri sendiri dan orang lain dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya. b. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan membawa diri dalam pergaulan dalam kelompoknya. c. Kemampuan komunikasi, yaitu kemampuan yang meliputi upaya penyampaian pesan dan informasi baik yang tertulis, tidak tertulis, verbal maupun nonverbal, kematian seseorang dalam mengemukakan maksud dalam berkomunikasi sehingga dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Selanjutnya dijelaskan bahwa ada 4 klaster utama pembentuk soft skill siswa, yaitu interaksi, manajemen pribadi, kemampuan komunikasi, dan kemampuan mengorganisasikan sesuatu. Keempat klaster ini secara bersama-sama menambah kualitas lulusan terutama dalam hal-hal yang non ilmu didalam dunia kerja. Selanjutnya akan dijelaskan dibawah ini: a) Interaksi (interaction), yang meliputi kesadaran bersikap, kemampuan mengatasi konflik, kemampuan bekerja sama, kemampuan mentoleransi perbedaan, etika, kemampuan bekerja dalam tim. Kemampuan berinteraksi ini disebut sebagai kemampuan sosial karena lebih tentang kaitannya dalam berhubungan dengan lingkungannya. b) Manajemen pribadi (self management), kemampuan membuat keputusan, kemampuan untuk belajar, disiplin diri, kemampuan untuk instropeksi diri, kemampuan menanggulanngi sters, deskripsi ini disebut juga sebagai kemampuan psikologis, yang berusaha untuk mengerti diri sendiri dan ornag lain dalam rangka menjalin hubungan dengan orang lain dalam kehidupan dan dunia kerja. c) Kemampuan berkomunikasi (communication skills), termasuk kemampuaun mendelegasikan tugas, kemampuan mendengarkan dan kemampuan melakukan presentasi. d) Kemampuan mengorganisasikan sesuatu (organization), termasuk kemampuan mengatasi masalah berdasarkan kepentingan nilai dan kepentingan proses berfikir yang sistematis, dan kemampuan untuk mengenali sumber permasalahan. 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan siswa Faktor penyebab perilaku kekerasan dapat digolongkan kedalam dua kategori, yakni faktor internal yang bersumber pada diri sendiri dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri sendiri. faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan: 1) Ketidakpedulian orang tua berkaitan dengan faktor status sosial ekonomi. 2) Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya 3) Kehidupan yang kurang harmois 4) Tayangan peristiwa kekerasan dimedia massa 5) Pengasuhan orang tua yang otoriter 6) Pengaruh faktor lingkungan sosial 7) Pembelajaran yang lebih berorintasi pada aspek kognitif 8) Kurangnya kontrol dari orang tua 9) Rendahnya pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama di kalangan siswa 10) Kurangnya aktivitas pengembangan pengembangan diri (soft skill) 11) Faktor kepribadian tempramental,sulit mengontrol diri dan emosional 12) Faktor personal hubungan antar pribadi dab pengunaan minuman keras dan obat-obat terlarang. 3. Bentuk Prilaku Kekerasan Perilaku kekerasan mengandung resiko bahaya dan kerugian bagi orang lain maupun pelaku kekerasan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam lingkup yang luas baik dalam keluarga,sekolah maupun masyarakat. Perilaku kekerasan siswa sebagai bentuk khas perilaku agresi menjadi isu yang serius seperti tawuran siswa, perselisihan antarpribadi,pelecehan terhadap guru maupun orang tua siswa (whitaker,1993; Ursin 7& Olf, 1995). Lystad (dalam Roark, 1993) membedakan kekerasan dalam empat jenis: a. Kekerasan Instrumental Kekerasan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti siswa meninju dinding kelas hanya karena bermaksud memperlihatkan kehebatannya. b. Kekerasan Ekspresif Kekerasan yang bertujuan menyakiti diri sendiri atau orang lain, seperti siswa meninju siswa lainnya sebagai tindakan balas dendam. c. Kekerasan Kultural Kekerasan yang diterima secara kultural seperti ucapan-ucapan yang bernada kekerasan tetapi sudah menjadi kelaziman dalam masyarakat tertentu. d. Kekerasan Nonkultural Kekerasan yang tidak dilegitimasi sesuai dengan norma-norma kultural, seperti memukul,menendang, meninju,mencaci maki, dan bentuk bentuk agresi fisik dan verbal lainnya. Diponegoro (2003) menjelaskan berbagai bentuk perilaku kekerasan a. Mengolok-olokkan orang lain, sesama muslim baik laki-laki maupun perempuan, harus saling menghormati dan memuliakan, jangan saling menghina bahkan merendahkan orang lain dengan mengeksploitasi keadaan fisik, gaya bicara, gerak gerik maupun sifat tertentu yang ada pada dirinya b. Mencela. Celaan, baik dengan kata-kata maupun perbuatan adalah perbuatan yang menyinggung dan menyakitkan hati orang lain. Karena sesama muslim ibaratnya satu batang tubu maka mencela orang lain sama dengan mencela diri sendiri c. Memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai. Memanggil orang lain dengan nama atau gelar yang tidak disukai adalah sebuah kefasikan, kefasikan setelah keimanan itulah, kata Al-Qur’an nama yang paling buruk d. Berburuk sangka. Selalulah bersangka baik kepada sesama Mukmin. Utamakanlah berfikir positif terhadap kata-kata dan perbuatan orang lain. e. Mencari-cari kesalahan orang lain. Pada prinsipnya semua kejahatan dan dosa diundurkan azabnya sampai hari akhir, dalam konteks demikian orang-orang yang beriman dilarang meneliti dan mencari-cari kekerasa orang lain yang tidak merugikan atau meresahkan masyarakat f. Bergunjing adalah membicarakan keburukan orang lain dibelakangnya bermaksud menjelek-jelekan atau menyebarluaskan keburukannya. 4. Pengetahuan,Sikap,dan Perilaku guru atau orang tua terhadap perilaku kekerasan. a. Perilaku kekerasan termasuk di kalangan siswa sudah semakin memprihatinkan b. Kekerasan mencakup kekerasan fisik dan non fisik c. Perlu pencegahan dan tindakan korektif karena tindakan kekerasan ditinjau dari segi manapun itu tidak baik sangat tercela d. Perilaku kekerasan merupakan tindakan tercela, dosa ,amoral e. Kemampuan yang harus dimiliki siswa sehingga tidak melakukan kekerasan adalah memperbaiki hubungan interpersonal dan antarpersonal f. Perlunya keterampilan siswa. 5. Usaha-usaha untuk menggulangi perilaku kekerasan siswa. Usaha-usaha untuk menanggulangi perilaku kekerasan siswa. a. Penerapan tata tertib dan aturan dengan tegas b. Mengintensifkan layanan layanan bimbingan pribadi dan keagamaan c. Mengaktifkan pengembangan diri d. Melakukan pendekatan personal dan persuasif kepada siswa yang cenderung melakukan perilaku kekerasan. 6. Model Penanggulangan Perilaku Kekerasan Siswa a. Model preventif atau pencegahan secara konkret dapat dilakukan melalui pengembangan soft skill siswa oleh semua staf siswa. Kesehatan Mental dan Kepercayaan Eksistensi Penelitian ini bertujuan mengungkapkan pengaruh kepercayaan eksistensi terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program S1 FIP UNM. Data dikumpulkan denggan menggunakan skala yaitu skala kesejahteraan subjektif dan kepercayaan eksistensial. Tidak ada perbedaan signifikan antara mahasiswa laki-lak dan perempuan analisa variable menunjukan bahawa a. Ada pengaruhi positif yang signifikan pengakuan eksistensi Tuhan terhadap afek b. Ada kepuasan pengaruh positif yang signifikan pengakuan eksistensi Tuhan terhadap kepuasan hidup c. Ada pengaruh positif yang signifikan komitmen ajaran agama terhadap afek d. Ada pengaruh positif yang siggnifikan komitmen ajaran agama terhadap kepuasan hidup.  Dalam agama islam ada cara untuk meredam atau meminimalisir terjadinya kekerasan dengan menerapkan prinsip sebagai berikut : a. Ta’aruf yaitu saling kenal mengenal tidak hanya mengenal fisik atau biodata ringkas belakan, teteapi lebih jauh lagi ta’aruf latar belakang pendidikan, budaya, keagamaan dan ta’aruf pemikiran, ide-ide, cita-cita , dan juga ta’aruf problem masalah kehidupan. b. Tafahum yaitu saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari. c. Ta’awun yaitu saling tolong menolong. d. Takaful yaitu saling memberikan jaminan, sehingga tumbuh rasa aman. IV. Simpulan Pekembangan soft skill adalah pengembangan mental masyarakat berbasis kajian empiris tentang perilaku kekerasan dan soft skill dapat dikemukan beberapa hal,adapun dalam perkembangan soft skill mempunyai dampak positif dan negatif seperti yang dijelaskan diatas. Daftar Pustaka Syamsul Suryabrata, psikologi pendidikan berbasis analisis empiris aplikatif, Jakarta:kencana,2010 H. Abu Ahmadi, psikologi perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta,2005

No comments:

Post a Comment