Wednesday 28 September 2016

MANAJEMEN PESANTREN

MANAJEMEN PESANTREN
MAKALAH
Disusun Guna memenuhi Tugas
Mata kuliah : Manajemen pendidikan diniyah dan pesantren
Dosen Pengampu : prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag
Kelas MPI 3 C











Disusun :
Muhammad Harun AlRosyid (1503036068)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2016


I.                   Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era persaingan global saat ini semakin ketat, masyarakat mau tidak mau harus ikut mengikuti laju perkembangan tersebut agar tidak ketinggal dan mampu bersaing dengan didunia luar. Dengan itu perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan agar sumber daya manusia bisa bersaing dengan baik, hal ini perlu pengaturan yang baik dan perubahan dalam pola pendidikan, tidak stagnan terpaku dengan warisan pola pendidikan zaman dahulu, tetapi tidak juga meninggalkan kekhasan yang telah dibawa sejak zaman dahulu. Pendidikan bukan hanya soal memberikan soft skill dan hard skill saja kepada murid tetapi juga etika atau moral yang perlu di tanamkan, untuk membentengi diri di dunia saat ini yang mudah sekali dimasuki budaya asing yang kurang sesuai dengan norma kehidupan negara Indonesia.
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, berbeda dengan  lembaga pendidikan lainnya yang cepat merespon perubahan atau tuntutan luar, pondok pesatren cenderung menyaring perubahan yang terjadi, karena pondok pesantren berbasis agama islam, dalam perubahan itu belum tentu baik diterapkan di pesantren. Namun hal tersebut tidak membuat lembaga pendidikan pondok pesantren kehilangan pasar peminat orang tua untuk memasukkan anaknya ke lembaga tersebut, dikarenakan pondok pesantren saat ini sudah mengalami kemajuan yang setara dengan lembaga umum lainnya tetapi tidak meninggalkan ciri khas dari pondok pesantren. Hal tersebut tidak lepas dari sistem manajemen yang baik dari pihak pondok pesantren dalam mengatur lembaga tersebut agar bisa optimal, sebaliknya jika sistem manajemennya kurang baik maka pondok pesantren akan mengalami ketertinggaan atau daya saing dengan lembaga lainnya.



II.                Rumusan masalah
A.    Apa pengertian manajemen dan pesantren ?
B.     Apa  yang dikembangkan dalam pesantren ?
C.     Apa unsur – unsur dalam pesantren ?
D.    Apa inovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan pesantren ?

III.             Pembahasan
A.    Pengertian manajemen dan pesantren
Manajemen merupakan unsur penting untuk menunjang keberhasilan tak terkecuali dalam mengatur dan mengelola pondok pesantren agar berjalan dengan baik dan mencapai kesuksesan, tidak hanya manajemen yang baik tetapi juga diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik. Berikut adalah pengertian manajemen menurut para ahli :
Menurut george R Jerry manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia.
Sedangkan menurut J. Panglaykin dan hasil tanzil dalam bukunya manajemen suatu pengantar mengatakan bahwa : Manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil - kecilnya untuk memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.
Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata dirangkaikan menjadi satu terdiri dari pondok dan pesantren, sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai asal – usul tentang pondok pesantren yaitu, ada yang mengatakan berasal dari India (Hindia) dan ada pula yang mengatakan berasal dari Arab. Mastuhu mendefinisikan pesantren yang berarti lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilkau sehari hari.
Jadi manajemen pesantren merupakan seni mengatur lembaga pendidikan pesantren dan sumber daya manusia yang ada didalamnya, untuk kemajuan pesantren tanpa meninggalkan kekhasan dari lembaga pesantren.
B.     Pengaturan dalam pesantren
a)      Pengembangan sumber daya manusia pondok pesantren
Dalam pengembangan sumber daya manusia pondok pesantren sebagai agen pengembangan masyarakat maka harus dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kualitas sumber daya manusia menyangkut dua aspek kualitas fisik dan non-fisik yang meliputi kemampuan bekerja, berfikir, dan berbagai macam ketrampilan, maka upaya peningkatan sumber daya manusia juga dapat diupayakan lewat program kesehatan dan gizi. Dalam pengembangan sumber daya manusia didalam pondok pesantren juga mempertimbangkan kesehatan selain pengembangan intelektualnya santri, agar tercapai dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pondok pesantren. Adapun faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia.
Faktor internal antara lain :
-          Visi, misi dan tujuan ponpes untuk memenuhi visi, misi dan tujuan ponpes diperlakukan perencanaan yang baik, serta implementasi pelaksanaan yang tepat. Pelaksanaan kegiatan atau program ponpes dalam upaya memenuhi visi, misi dan tujuan organisasi diperlukan kemampuan sumber daya manusia, yang hanya bisa dicapai dengan pengembangan sumber daya manusia di ponpes bersangkutan
Visi, misi dan tujuan, satu tujuan dengan lainnya mungkin memiliki kesamaan, namun strategi untuk mencapai semua itu.
Faktor eksternal antara lain :
-          Kebijakan pemerintah, baik yang dikeluarkan melalui perundang- undangan, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri atau pejabat pemerintah dan sebagainya
-          Faktor sosio – kultural di masyarakat yang berbeda tidak boleh diabaikan oleh ponpes, karena ponpes itu sendiri didirikan pada hakikatnya adalah untuk kepentingan masyarakat, sehingga dalam mengembangkan sumber daya manusia ponpes perlu mempertimbangkan faktor tersebut
-          Perkembangan iptek diluar ponpes yang sudah sedemikian pesat, harus bisa diikuti ponpes, karena itu ponpes harus mampu memilih iptek yang tepat untuk ponpesnya.[1]
b)      Pengembangan manajemen pesantren
Mengolah konsep apapun tentang pesantren sebenarnya bukan perkara mudah, terlebih bahwa tidak ada konsep yang mutlak rasional, dan paling afdhal diterapkan dipesatren karena melihat dari sejarahnya dan tumbuh secara unik.[2] Untuk itu pengembangan manajemen lebih ditekankan kepada pengembangan  sumber daya manusianya agar tumbuh inovasi – inovasi yang dapat meningkat kualitas pesantren tersebut, dan dilakukan secara serius dan berkesinambungan tidak hanya terhenti ditengah jalan.

C.    Unsur – unsur pesantren
Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pasti memiliki unsur yang ada di dalamnya. Setidaknya ada lima elemen, antara lain :
a)      Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan sebagai adanya masjid (tempat sujud). Atas dasar pemikiran itu dapat dipahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan materialistik, melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat didalamnya.
Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam hal ini secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah symbol kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena itu seluruh kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah yang tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya mengharapkan keridhoan Allah yang bersifat Ilahiyah, berkaitan dengan pahala dan balasan dari Allah.
Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun tradisional. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar – mengajar adalah masjid. Dapat juga dikatakan masjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya.
Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok pesantren. Di dalam masijd para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan. Latihan seperti muhadharah, qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh para ulama abad 15 (pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang merupakan salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan metode klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar dengan pola seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan menelaah kitab – kitab tersebut.[3]
b)     Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.
 Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya dengan control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren itu. Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kyai mendidik dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula melalui pondok santri dapat melatih diri dengan ilmu – ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa : Arab dan Inggris juga mampu menghafal Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang lain. Sebab di dalam pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan terbina kesatuan mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan.  
c)      Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral, maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai merupakan suatu personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu pondok pesantren.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Di tangan sorang kyailah pesantren itu berada. Oleh karena itu kyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama. Bahkan “kyai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak sebagai koordinator.[4]
d)     Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang belajar di pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier :
-          Santri Mukim
Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim :
Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kyainya. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kyainya
-          Santri Kalong
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren, melainkan semata mata belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah belajar di pesantren.
Sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di samping terdapat pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya.[5]
e)      Pengajaran Kitab – kitab Islam Klasik
Kitab – kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab – kitab itu ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq. Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab – kitab tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi cirri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.[6]

Sedangkan menurut Hasan Basri dalam (Nata, 2001 : 120-121) unsur atau elemen pesantren yaitu :
Ø  Pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai.
Ø  Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok atau asrama.
Ø  Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrasah, dan tempat ketrampilan.
Ø  Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrasah, tempat ketrampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga dan sekolah umum.[7]
D.    Agenda inovasi pendidikan pesantren
Untuk meningkat mutu pendidikan pesantren maka perlu adanya peningkatan atau inovasi seperti :
-          Kurikulum, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan santri dan masyarakat, perlu adanya pembaharuan kurikulum pada tiga aspek penting, yaitu : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum pesantren harus didahului dengan kegiatan kajian kebutuhan (need assessment) secara akurat agar pendidikan pesantren fungsional. Kajian kebutuhan tersebut perlu dikaitkan dengan tuntutan era global, utamanya pendidikan yang berbasis kepada kecakapan hidup (life skill) yang akrab dengan lingkungan kehidupan santri. Pelaksanaan kurikulum menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple intelgence) dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sedang evaluasinya hendaknya menerapkan penilaian menyeluruh terhadap semua kompetensi santri (authentic assessment). Kurikulum hanya salah satu subsistem lemabaga pesantren, proses pengembangannya tidak boleh bertentangan dengan kerangka penyelenggaraan pesantren yang dikenal khas, baik dalam isi dan pendekatan yang digunakan
-          Manajemen sarana prasarana pendidikan, untuk pelaksanaan kurikulum diatas, pesantren mengupayakan tersedianya sumber belajar dan media pendidikan dan pengajaran yang berbasis teknologi. Misalnya, penggunaan literatur – literatur digital dalam berbagai cabang ilmu agama dan umum. Perlu diketahui, saat ini banyak kitab – kitab hadist dan tafsir yang mu’tabar atau kitab kuning serta ilmu – ilmu umum telah di CD-kan sehingga memudahkan para ustadz (guru) dan santri umtuk mempelajarinya
-          Membangun jaringan kerjasama, baik dengan pesantren maupun dengan lembaga lain yang terkait, misalnya kerjasama untuk mengembangkan life skills dilinglungan pesantren dengan sekolah menengah kejuruan atau politeknik, pengembangan koperasi pesantren bekerjasama dengan dunia industri dan lainnya. [8]

IV.             Analisis
Dalam mengelola lembaga pendidikan diperlukan perencaan secara matang, tida boleh hanya secara sembarangan dan otodidak. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki ke khasan tersendiri, karena pesantren berkaitan erat dengan lingkungan masyarakat. Pesantren saat ini harus bisa mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih maka diperlakukan pembaharuan agar bisa bersaing dengan lembaga lain tetapi tidak boleh meninggalkan ke khasan nya yang sudah melekat sejak zaman dahulu. Pesantren di era sekarang banyak yang mulai memikirkan lulusannya agar bisa adaptasi dengan lingkungannya kelak dengan cara menambah fasilitas dan meningkatkan soft skill mereka dengan cara pelatihan – pelatihan, pesantren tidak boleh buta akan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, karena nantinya lulusan pesantren juga harus bisa bersaing dan berbaur dengan masyarakat lainnya yang notabenya sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 



DAFTAR PUSTAKA
Hakim A dkk, manajamen pesantren, (Yogyakarta: Lkis pelangi aksara, 2005)
Nata Abuddin,(ed), manajemen pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2003)
Junaedi Mahfud, filsafat pendidikan islam, (semarang:UIN walisongo, 2015)
Masyhud Sulthon, manajemen pondok pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka,2003)
Suparta Mundazie, manajemen pondok pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004)

Ghazali Bahri M, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001)






[1] A.Halim, Rr. Suhartini, manajemen pesantren,(Yogyajarta: PT LkiS,2005), hlm. 5 - 7
[2] A.Halim, Rr. Suhartini, manajemen pesantren,(Yogyajarta: PT LkiS,2005), hlm. 67
[3] M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm. 18 – 19


[4] M Sulthon Masyhud, manajemen pondok pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2003) hlm. 82- 84
[5] M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm. 22 – 2
[6] M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm. 24
[7] Mundizier suparta, manajemen pondok pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), hlm 74
[8] Mundizier suparta, manajemen pondok pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), hlm 72-73

Wednesday 21 September 2016

MUTU PENDIDIKAN next

Pengertian mutu yang dinyatakan Nomi Preffer dan Anna Coote, "mutu merupakan konsep yang licin" mutu mengimplikasikan hal yang berbeda pada masing - masing orang. Tak dapat dipungkiri bahawa setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Hanya saja saja, masalah yang muncul mutu tersebut, Maka diperlukan sebuah pemahaman yang jelas terhadap makna mutu.
Mutu merupakan ide yang dinamis, sedang definisi yang kaku tidak akan membantu, memang makna demikian luas juga sedikit membingungkan pemahaman kita. mutu merupakan konsep yang absolut yang artinya yang kita bayarkan mahal maka kita akan mendapatkan hal yang mewah pula, mutlak sesuai apa yang kita bayarkan, ini merupakan mutu dalam pengertian hight quality .konsep ralatif tentang mutu, mutu bukan atribut produk atau layanan tetapi sesuatu yang dianggap dari produk atau layanan,jadi produk atau tersebut mendapatkan penilaian dari pengguna tersebut jadi relatif antara kepuasan maupun tidak.